Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa itu Sandhangan Aksara Jawa?

Sandhangan Aksara JawaSandhangan aksara jawa yaiku sistem penulisan aksara Jawa yang menggunakan tanda-tanda (simbol) untuk mengubah suara dan arti kata. Ini adalah salah satu fitur unik dari bahasa Jawa dan membantu membedakannya dari bahasa lain. Sandhangan juga membantu dalam memperkayak bahasa Jawa dan membuatnya lebih ekspresif.

sandhangan aksara jawa

Sandhangan memiliki banyak tanda yang berbeda dan setiap tanda memiliki makna yang berbeda. Beberapa tanda sandhangan melambangkan suara konsonan, seperti /ng/ atau /ny/. Tanda lain dapat digunakan untuk mengubah makna kata, seperti tanda pengulangan (répétition) atau tanda perubahan (pengalihan).

 

Aksara Jawa Hanacaraka adalah Ha, Na, Ca, Ra, Ka, Da, Ta, Sa, Wa, La, Pa, Dha, Ja, benar, Nya, Ma, Ga, Ba, Tha, Nga berjumlah 20 aksara. bunyi dasar dari 20 aksara yaitu “a” maka guna di bentuk  perkataan lain bakal  memerlukan suara  yang lain  kayak o, e, u serta i.

 

Ada beberapa jenis sandhangan yang digunakan dalam aksara Jawa, termasuk sandhangan suara (sounds), sandhangan makna (meanings), dan sandhangan tata bahasa (grammar). Sandhangan suara melambangkan suara yang tidak ada dalam huruf-huruf dasar aksara Jawa, seperti suara /ng/ atau /ny/. 


Sandhangan makna, seperti tanda pengulangan, digunakan untuk menambah makna kata dan membedakannya dari kata lain yang mungkin memiliki arti yang sama. Sandhangan tata bahasa, seperti tanda pengalihan, digunakan untuk mengubah makna kata dan membuat kalimat yang lebih ekspresif.

 

Penggunaan sandhangan dalam aksara Jawa sangat penting karena membantu memperkaya dan memperkayak bahasa. Sandhangan membuat bahasa Jawa lebih ekspresif dan memungkinkan penulisan yang lebih rinci dan akurat. Tanpa sandhangan, bahasa Jawa akan lebih sederhana dan kurang ekspresif.

 

Namun, meskipun sandhangan sangat penting bagi bahasa Jawa, banyak orang yang kurang memahaminya dan kurang menggunakannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya akses ke pendidikan bahasa Jawa dan penurunan minat masyarakat untuk mempelajari bahasa Jawa.

 

Untuk mempromosikan dan mempertahankan sandhangan dalam aksara Jawa, diperlukan upaya dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan bahasa Jawa harus menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan harus disediakan peluang bagi masyarakat untuk mempelajarinya. Pemerintah juga harus mengeluarkan peraturan yang mendorong penggunaan bahasa Jawa, termasuk sandhangan, dalam kegiatan sehari-hari.

 

Lembaga-lembaga pendidikan, seperti universitas dan sekolah, harus memberikan kurikulum yang komprehensif tentang bahasa Jawa, termasuk sandhangan, sebagai bagian dari proses pembelajaran. Ini akan memastikan bahwa generasi muda memiliki pengetahuan yang baik tentang bahasa Jawa dan sandhangan.

 

Masyarakat juga harus berperan aktif dalam mempromosikan bahasa Jawa dan sandhangan. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca buku, menonton film atau program televisi yang menggunakan bahasa Jawa, dan berbicara dengan orang tua dan kerabat yang berbicara bahasa Jawa. Masyarakat juga dapat berkontribusi dengan membuat karya-karya kreatif yang menggunakan bahasa Jawa dan sandhangan.

 

Kesimpulannya, sandhangan adalah fitur penting dari aksara Jawa yang membantu memperkaya dan memperkayak bahasa. Untuk memastikan bahwa sandhangan tetap eksis dan digunakan dalam bahasa Jawa, diperlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga pendidikan. Hanya dengan melakukan ini, bahasa Jawa dan sandhangan akan terus hidup dan berkembang untuk generasi mendatang.

 

Macam-Macam Sandhangan Aksara Jawa

Sandhangan swara

Sandhangan Swara adalah sebuah sandhangan dalam aksara Jawa yang digunakan untuk memodifikasi suara atau nada huruf. Sandhangan ini menambahkan variasi suara pada kata atau frasa, membantu untuk menyampaikan makna yang lebih kompleks dan memperkayak bahasa Jawa.

 

Ada beberapa jenis sandhangan swara dalam aksara Jawa, seperti sandhangan gantungan, sandhangan ngalagena, dan sandhangan pepet. Masing-masing dari jenis sandhangan swara ini memiliki fungsi yang berbeda, dan digunakan sesuai dengan konteks yang spesifik.


Sandhangan swara jumlahnya terdapat  5. Yang tercantum sandhangan swara yaitu wulu, suku , taling, pepet, serta taling tarung. kategori sandhangan aksara Jawa ini selevel benar dengan huruf suara  dalam bahasa Indonesia adalah i, u, e serta o.

 

Sandhangan swara aksara Jawa ini tidak mampu mematikan  huruf, melainkan mengganti vokal  aksara. posisinya  terlihat yang di atas , di dasar, sebelum  maupun sesudah  aksara Jawa.

 

Sandhangan swara jumlahnya ada lima, yaitu:

 Wulu = i

Suku = u

Pépét = é

Taling = e

Taling tarung = o

  

Sandhangan wyanjana

Aksara Jawa benar sungguh spesial. tidak hanya ada hanacaraka, masih terdapat bonus yang lain, kayak pendamping serta sandhangan. Salah satu betulng hendak kita bahas ialah pengertian sandhangan wyanjana.

 

Pengertian Sandhangan Wyanjana

 Dilansir dari komik Baboning Pepak Basa Jawa, Budi Anwari, (2020:35), sandhangan wyanjana ialah sandhangan yang berharga guna nulis gugus konsonan dengan semisuara di dalam 1 kata.

 

fungsi Sandhangan Wyanjana

 Sandhangan wyanjana bertugas guna menyempilkan huruf konsonan di gugus semi vokal. mengenai huruf konsonan yang selalu disisipkan ialah r, re, y, l serta w. Kelimanya sebagai berentetan dikenal cakra, cakra keret, pengkal, panjingan la, serta gembung.

 

5 kategori Sandhangan Wyanjana

 Cakra (Ra)

 Cakra iku sandhangan wyanjana sesulihe ‘ra’. Cakra ialah sandhangan yang berharga guna membagikan dampak suara ra. Jadi, huruf apa pun yang dikasihkan cakra akan memiliki konsonan r. Sandhangan wyanjana cakra ada tatanan yang menyamai cawan yang gantung di buntut huruf.

 

Meskipun sudah dikasihkan sandhangan cakra, tapi huruf itu tengah sanggup dikasihkan sandhangan swara. Jadi, jikalau kalian berharap menulis ‘krikil, lumayan berikan sandhangan wulu, yah.

 

Cakra Keret

 Sandhangan wyanjana yang selanjutnya ialah cakra keret. tidak hanya itu, kalian pula sanggup menyebutnya selaku ‘keret’ saja. tapi, bertalian cakra ada tatanan yang nyaris sesuai dengan cakra, alkisah orang Jawa selalu menyebutnya selaku cakra keret. wujudnya kayak mangkok, dengan penutup yang dikorelasikan serta digantung.

 

Cakra keret ada sesulih re. tala re itu sendiri kayak kala kita mengatakan tutur ‘renang’, yah, bukan kayak kita mengatakan tutur ‘becak’. Jadi, cakra keret ialah bentuk sandhangan dari ‘ra’ yang dipepet.

 

Pengkal

 Sandhangan pengkal yaiku sandhangan kang gunane kanggo menehi panjingan ya. Sandhangan wyanjana pengkal ada tatanan yang menyamai pangkon, tapi dengan buntut yang lebih berjarak. Nah, buntut ini setelah itu hendak disambungkan dengan buntut aksara.

 

Sandhangan pengkal ini memberikan dampak suara ‘ya’. serupa dengan sandhangan wyanjana cakra, sandhangan pengkal pula fleksibel, alhasil sanggup dikasihkan sandhangan swara serta panyigeg.

 

Panjingan La

 pantas namanya, panjingan la memberikan sesulih konsonan la. wujudnya menyamai aksara ga yang ada buntut. Sandhangan ini setelah itu diletakkan di dasar aksara.

 

Gembung / Panjing wa

 Sandhangan wyanjana terakhir ialah sandhangan gembung. Sandhangan ini pula selalu dituturkan dengan panjingan wa maupun gembung wa. Sandhangan gembung memberikan konsonan huruf ‘w’. Sesuai namanya, gembung menjuntai di bagian buntut

 

 

Sandhangan mandaswara

Sandhangan Mandaswara adalah sebuah sandhangan dalam aksara Jawa yang digunakan untuk menunjukkan nada yang lebih tinggi pada kata atau frasa. Sandhangan ini sering digunakan untuk menyampaikan emosi yang lebih kuat, seperti kemarahan, kejengkelan, atau keheranan.

 

Sandhangan mandaswara ditulis dengan menambahkan huruf "h" setelah kata utama. Dalam beberapa konteks, sandhangan ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan tindakan yang dilakukan dengan kasar atau keras.

 

Contohnya, kata "ngatur" yang berarti "mengatur" akan memiliki makna berbeda jika ditambahkan sandhangan mandaswara, yaitu "ngaturh" yang berarti "mengatur dengan keras".

 

Sandhangan mandaswara merupakan salah satu dari banyak sandhangan yang ada dalam aksara Jawa dan memiliki peran penting dalam memperkayak dan memperkaya bahasa Jawa. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mempelajari sandhangan mandaswara dan sandhangan lainnya dalam aksara Jawa.

 

 

Sandhangan panyigeg Wanda

Kata panyigeg maksudnya peringkas, sementara itu wanda maksudnya suku kata. Jadi sandhangan panyigeg maksudnya sandhangan yang berperan buat meringkas suku kata. Dalam perihal  ini bisa  pula diartikan sandhangan panyigeg serta  berperan buat menutup wanda.

 Sebagai ilustrasi bila terdapat aksara ‘ga’ diberi sandhangan panyigeg bakal bersuara:

 gah bila diberi wignyan

gar bila diberi layar

gang bila diberi cecak

gag mati bila diberi pangkon

 sebagai garis besar sandhangan panyigeg terdapat 4 kategori adalah:

 Wignyan buat konsonan h.

Layar buat konsonan r.

Cecak buat konsonan ng.

Pangkon buat konsonan selain 3 di atas


Demikian Penjelasan tentang sandhangan aksara jawa yang patut di pelajari demi untuk melestarikan keanekaragaman bahasa di indonesia.